suarasurabaya.net| Kembali, jenazah orang
dengan HIV/AIDS (ODHA) di Surabaya ditelantarkan oleh orang tuanya.
Sebut saja KL (35), laki-laki warga Surabaya barat meninggal diduga
karena Tuberkulosis (TBC) di Rumah Sakit Dr Soetomo. Jenazah diduga
telah teridentifikasi mengidap HIV. Tragisnya, pihak keluarga dan
tetangganya tidak mau memandikan jenazah, alasannya takut tertular HIV.
Bahkan aparat kelurahan setempat pun tidak bersedia menunggui dan mengawal proses memandikan dan mengkhafani. Jenazah putra seorang budayawan terkenal di Surabaya ini akhirnya dimandikan dan dikhafani oleh teman-temannya dan pihak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang HIV/AIDS.
Saat proses penguburan, bahkan keluarga dan para tetangga dari jenazah ini juga tak bersedia untuk hadir. Bahkan Modin, atau petugas yang biasa memimpin pemakaman juga langsung pergi tanpa menunggu proses menguburkan usai.
Selvin Pancarina, salah satu petugas dari Yayasan Orbit, mengatakan KL meninggal pada Rabu (20/2/2013) sore. Sebelumnya ia menjalani rawat inap di Rumah Sakit DKT. Karena tidak kunjung sembuh, ia dirujuk ke RS Dr Soetomo. Ia didiagnosa terkena TBC. Jenazah KL ini sudah lama mengidap HIV dan sudah lama menjalani terapi Anti Retroviral (ARV). Namun karena timbul gejala lain, KL memutus terapi ARV.
"ARV ini terapi yang harus diminum seumur hidup. Fungsinya untuk memperlemah pertumbuhan virus yang ada di dalam tubuh. Tetapi ketika berhenti mengkonsumsi obat ini maka yang terjadi virus akan terus menggerogoti kekebalan tubuh manusia. Ketika kekebalan tubuh menurun, maka timbullah penyakit penyerta seperti TBC, Kandidiasis, Diare dan lain-lain yang dikenal dengan infeksi oportunistik (IO)," kata Selvin Kamis (21/2/2013).
KL sendiri terinfeksi HIV karena perilaku beresikonya dengan mengkonsumsi narkoba suntik. KL sendiri sebenarnya telah memiliki seorang istri dan dua anak.
"KL memakai narkoba yang disuntikkan sudah sejak tahun 1995. Dia ini pernah pakai bersama dengan saya," kata Selvin yang juga mantan pecandu Napza. (fik)
Bahkan aparat kelurahan setempat pun tidak bersedia menunggui dan mengawal proses memandikan dan mengkhafani. Jenazah putra seorang budayawan terkenal di Surabaya ini akhirnya dimandikan dan dikhafani oleh teman-temannya dan pihak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang HIV/AIDS.
Saat proses penguburan, bahkan keluarga dan para tetangga dari jenazah ini juga tak bersedia untuk hadir. Bahkan Modin, atau petugas yang biasa memimpin pemakaman juga langsung pergi tanpa menunggu proses menguburkan usai.
Selvin Pancarina, salah satu petugas dari Yayasan Orbit, mengatakan KL meninggal pada Rabu (20/2/2013) sore. Sebelumnya ia menjalani rawat inap di Rumah Sakit DKT. Karena tidak kunjung sembuh, ia dirujuk ke RS Dr Soetomo. Ia didiagnosa terkena TBC. Jenazah KL ini sudah lama mengidap HIV dan sudah lama menjalani terapi Anti Retroviral (ARV). Namun karena timbul gejala lain, KL memutus terapi ARV.
"ARV ini terapi yang harus diminum seumur hidup. Fungsinya untuk memperlemah pertumbuhan virus yang ada di dalam tubuh. Tetapi ketika berhenti mengkonsumsi obat ini maka yang terjadi virus akan terus menggerogoti kekebalan tubuh manusia. Ketika kekebalan tubuh menurun, maka timbullah penyakit penyerta seperti TBC, Kandidiasis, Diare dan lain-lain yang dikenal dengan infeksi oportunistik (IO)," kata Selvin Kamis (21/2/2013).
KL sendiri terinfeksi HIV karena perilaku beresikonya dengan mengkonsumsi narkoba suntik. KL sendiri sebenarnya telah memiliki seorang istri dan dua anak.
"KL memakai narkoba yang disuntikkan sudah sejak tahun 1995. Dia ini pernah pakai bersama dengan saya," kata Selvin yang juga mantan pecandu Napza. (fik)
(Sumber:http://m.suarasurabaya.net/kelanakota/detail.php?id=5f8e382b0335ee2659f7cc9c5f92e9f82013115460)
0 komentar:
Post a Comment