SURABAYA - Hingga saat ini, Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Surabaya
tetap tertinggi di Jawa Timur (Jatim), yaitu mencapai 5.575 penderita. Hal itu menjadi alasan pentingnya Rancangan Peraturan Daerah (Raperda)
tentang Pencegahan HIV/AIDS di Kota Pahlawan ini. Salah satu poin
penting dalam Raperda yang sekarang dibahas di Komisi C DPRD Surabaya
adalah adanya perlindungan ODHA agar tidak dikeluarkan dari tempat
kerjanya.
Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Masalah Kesehatan
di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Mira Novia menegaskan banyak
poin penting yang dimasukkan dalam . Raperda Pencegahan HIV/AIDS. Di
antaranya soal pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi ODHA.
Yang
tidak kalah penting, tambahnya, di Peraturan Daerah (Perda) yang
disahkan nanti ada jaminan bagi penderita HIV/AIDS tidak akan
dikeluarkan dari tempat ia bekerja. Bila mereka dikeluarkan tempat
kerja, maka penderitaan dia semakin tinggi. “Pekerjaan bagi ODHA
seringkali menjadi masalah,” tandasnya, Rabu (15/1).
Lebih
lanjut dia mengungkapkan, jumlah ODHA di Surabaya terus meningkat dari
tahun ke tahun. “Padahal kami sudah melakukan pencegahan dengan
menyiagakan Pukesmas yang bisa melakukan pemeriksaan penderita HIV/AIDS.
Termasuk di sejumlah lokalisasi, seperti lokalisasi Sememi dan Dupak
Bangunsari. Bahkan di lokasi itu menjadi prioritas karena memiliki
risiko sangat tinggi, tapi jumlah penderitanya tetap tinggi dan
cenderung naik terus,” ungkap Mira Novia.
Jagir dan Tenggilis
Sedangkan untuk penyebaran HIV/AIDS melalui jarum suntik, menurutnya, dari hasil pemetaan yang dilakukan Dinkes Surabaya, terbanyak berada di Jagir dan Tenggilis. “Jarum suntik dan seks bebas masih menjadi penyebab utama penyebaran HIV/ AIDS di Surabaya,” tegasnya.
Jagir dan Tenggilis
Sedangkan untuk penyebaran HIV/AIDS melalui jarum suntik, menurutnya, dari hasil pemetaan yang dilakukan Dinkes Surabaya, terbanyak berada di Jagir dan Tenggilis. “Jarum suntik dan seks bebas masih menjadi penyebab utama penyebaran HIV/ AIDS di Surabaya,” tegasnya.
Selain melakukan
penanggulangan, tambah Mira, Dinkes Surabaya juga terus menggalakan
sosialisasi. Khusunya untuk kalangan pelajar. Bahkan saat ini, Dinkes
juga melakukan kerjasama dengan berbagai rumah sakit di Surabaya,
seperti RSUD dr Soewandhie, RSUD Bhakti Darma Husada (BDH), RSU dr
Soetomo, RS jiwa Menur, RSAL dr Ramelan, RS Karang Tembok dan RS
Byahangkara.
“Khusus untuk pengobatan hanya di RSUD dr Soetomo, yang lain hanya melakukan pemeriksaan saja,” tandasnya.
Sementara
Sekretaris Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Kota Surabaya,
Widiharto menilai pencegahan HIV/AIDS tidak semdah membalik telapak
tangan. Selain dibutuhkan dana yang tidak sedikit, kesungguhan serta
ketelitian juga diperlukan. “Saya senang dengan Komisi C yang menyatakan
pencegahan sebagai kunci utama penanggulangan masalah HIV/AIDS,” ujar
Widiharto.
Menurut Widiharto, meningkatnya jumlah ODHA di
Surabaya di antaranya karena penyuluhan yang dilakukan tidak tepat
sasaran. Sebab berdasarkan pengamatan yang ia lakukan, mayoritas
penyuluhan hanya diberikan pada kaum perempuan.
“Sekarang dari
100 PSK (Pekerja Seks Komersial) misalnya, bila diteliti hanya 50
persen PSK yang menawarkan kondom kepada pria hidung belang. Itu pun
laki-lakinya yang menerima hnay 25 persen,” tandas Widiharto.
Anggota
Komisi C DPRD Surabaya, Sudirjo mengatakan, untuk menanggulangi masalah
HIV/ AIDS di Surabaya, dibutuhkan koneksitas antarlembaga di Surabaya.
Contoh untuk penanggulangan HIV/AIDS di kawasan prostitusi, maka mau
tidak mau Dinkes harus kerja sama Dinas Sosial (Dinsos). “Kegiatan itu
kan dampaknya sosialnya sangat tinggi, maka yang turun tangan harus
Dinsos dan Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bappemas, Red),” saran
Sudirjo.
Menurutnya, jika semua pihak menginginkan Raperda
penanggulangan HIV/AIDS berfungsi dengan baik, maka dibutuhkan
keseriusan dari semua kalangan. “Saya melihatnya sekarang ini penanganan
masalah HIV/AIDS di Surabaya tidak serius, masak untuk biaya penyuluhan
hanya dialokasiskan sebesar Rp 20 juta.
Padahal dana sekecil itu
dibuat membeli kondom PSK di Surabaya saja masih kurang,” tandas
politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini.pur
(Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=92a283c17a781a1d7135db8aa156a5f5&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c)
0 komentar:
Post a Comment