ODHA Tuntut Obat Gratis

SURABAYA - Surya- Puluhan aktivis dan simpatisan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) berunjuk rasa di depan Gedung Negara Grahadi Jalan Gubernur Suryo, Minggu (16/5). Mereka menuntut pemerintah memperpanjang penggunaan obat Antiretroviral (ARV) untuk ODHA.

Koordinator aksi Aris Setyawan mengatakan, pentingnya seruan itu disampaikan, karena pada 2011 lisensi ARV di Indonesia yang diberikan kepada Kimia Farma oleh pemegang hak paten habis.

Jika lisensi itu tidak diperpanjang, obat ARV yang biasanya diberikan gratis karena mendapat subsidi pemerintah akan dijual dengan harga yang mahal, yakni mencapai lebih dari 1.000 persen harga obat generik atau lebih dari Rp 1,2 juta per bulan.

“Kalau itu terjadi, ODHA pasti banyak yang tidak kuat membelinya. Akibatnya, ancaman kematian terhadap mereka lebih mungkin terjadi,” tegasnya, di sela-sela aksi.

Menurut Aris, ARV digunakan dalam terapi bagi ODHA sejak 2003. Waktu itu, untuk terapi dengan mengkonsumsi ARV, mereka yang terindikasi mengidap HIV dan AIDS harus mengeluarkan uang sebesar Rp 1,2 juta rupiah setiap bulan.

Pada 2004, pemerintah menyatakan memberi subsidi obat jenis ini dan mengeluarkan lisensi bahwa ARV dibuat Kimia Farma. Namun, tiba-tiba muncul kabar bahwa dengan berakhirnya lisensi ARV yang dimiliki Kimia Farma tahun depan, pemerintah akan mencabut subsidi yang diberikan.

Untuk itu, pihaknya, kata Aris menuntut agar pemerintah – dalam hal ini Departemen Kesehatan harus memberi kemudahan akses informasi terkait proses perpanjangan lisensi ARV Lini 1.

Selain itu, sebelum masa lisensi habis, Keppres yang mengatur lisensi wajib ARV Lini 1 harus sudah dikeluarkan. “Kami juga mendesak dikeluarkannya lisensi wajib untuk ketersediaan obat ARV Lini 2 bagi ODHA,” tegasnya.

Usai menyuarakan aspirasi, massa yang terdiri dari Gerakan Lisensi Wajib ARV Indonesia, East Java Action, Orbit Foundation, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, MTC dr Soetomo, dan After Care Irba Pitoe lantas membubarkan diri dengan tertib. nuji