VIVA.co.id - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komisaris Jenderal Polisi Budi Waseso, melontarkan ide-ide kontroversial plus menyeramkan soal upaya memberangus peredaran narkotika dan obatan-obatan terlarang (Narkoba). Mulai dari ide penjara dijaga buaya, mengaktifkan penembak misterius (Petrus), sampai menghukum mati pengguna.
Ide seram Waseso itu memantik pro dan kontra dari tokoh maupun
pemangku kebijakan. Bagaimana respons pengguna atau pecandu narkotika?
"Kalau petugasnya masih mau disogok, saya pikir ide (Budi Waseso)
tidak akan efektif," kata Mayong (51), pengguna narkotika asal Jakarta
saat ditemui VIVA.co.id di tempat rehabilitasi pecandu
narkotika, Yayasan Orbit, di Jalan Rungkut Panggudo, Surabaya, Jawa
Timur, Sabtu, 28 November 2015.
Pria yang mulai mengkonsumsi narkotika dari berbagai jenis sejak
tahun 1990an itu mengatakan, betapa pun penjara dijaga binatang buas,
pasti di situ tetap ada petugasnya.
"Nah, sipir itu juga manusia. Kalau masih bisa disogok, ya percuma. Petugasnya itu malah yang jadi buaya," kata Mayong.
Kendati begitu, pria dengan tangan penuh tato itu sepakat dengan
ancaman Budi Waseso yang ingin menindak tegas bandar dan pengedar,
bahkan dengan cara tembak mati di tempat.
"Bandarnya yang harus ditindak tegas. Kalau tidak peredaran narkotika tak akan bisa dihadang," ucap Mayong.
Soal ide hukuman mati para pengguna dan pecandu, Mayong tidak
sepakat. Menurut pria yang mulai ikut program rehabilitasi sejak tahun
2009 itu, pengguna adalah korban dari peredaran narkotika.
"Logikanya, misalnya, di kampung sini ada 10 pengguna lalu dihukum
mati. Pengedar pasti ciptakan pengguna baru. Kalau pengedarnya mati,
narkoba tidak ada, pengguna otomatis gak ada juga," ujar pria yang
mengaku juga terpapar HIV/AIDS itu.
0 komentar:
Post a Comment