Minuman oplosan saat ini
sedang trend akibat pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol di Indonesia
yang berlebihan menuju pelarangan, sehingga konsumsi alkohol oplosan menjadi
sebuah pilihan.
Berdasarkan penelitian,
kandungan terbesar minuman oplosan adalah metanol. Metanol (metil alkohol) merupakan
salah satu senyawa kimia jenis alkohol. Minuman oplosan terdiri
dari berbagai campuran, diantaranya dicampur dengan metanol, alkohol teknis (>55% etanol),
obat-obatan, minuman bersoda / softdrink, suplemen kesehatan, bahkan ada juga yang dicampur
dengan bahan kimia.
Dari berbagai bahan tersebut, minuman oplosan dapat menyebabkan
kebutaan dan seringkali menyebabkan kematian. Metanol adalah alkohol industri
yang dibuat secara sintesis dan biasanya tersedia dalam konsentrasi tinggi
untuk keperluan industri. Metanol (CHOH) banyak digunakan dalam cat, penghilang
pernis, pelarut dalam industri, cairan mesin fotokopi, pembuatan formaldehid,
asam asetat, metil derivat dan asam anorganik.
Dengan demikian apabila minuman oplosan di konsumsi, maka di dalam tubuh, metanol dapat dioksidasi menjadi
formaldehida atau yang biasa kita kenal sebagai formalin (pengawet makanan).
Proses oksidasi metanol
menjadi formaldehida sebenarnya berlangsung sangat lambat. Namun, didalam tubuh
kita terdapat enzim yang dapat mempercepat laju perubahan metanol menjadi
formaldehida. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi korban sehingga tidak heran
begitu banyak orang yang bergelipangan mati hanya karena mengonsumsi sejumlah
kecil minuman oplosan.
Lalu bagaimana cara
mengatasi keracunan minuman oplosan?
Salah satu caranya melalui
Antidot yakni melalui sebuah substansi yang dapat melawan reaksi
peracunan, atau dengan kata lain antidotum ialah penawar racun. Dalam arti sempit, antidotum adalah senyawa
yang mengurangi atau menghilangkan toksisitas senyawa yang diabsorpsi.
Metanol sangat berbahaya
jika teroksidasi menjadi formaldehida. Dalam hal ini enzim berperan sebagai
biokatalisator yang dapat mempercepat reaksi biologis di dalam tubuh. Salah
satu sifat enzim adalah bereaksi spesifik terhadap substrat tertentu.
Etanol (etil alkohol)
adalah senyawa kimia jenis alkohol yang memiliki kemiripan struktur dengan
metanol. Kemiripan sifat ini memungkinkan etanol dapat bereaksi dengan enzim
tersebut. Dalam sistem ini, etanol berperan sebagai inhibitor competitif, yaitu
etanol berkompetisi dengan metanol untuk terikat dengan sisi aktif enzim.
Etanol akan teroksidasi menjadi asetildehida yang tidak terlalu berbahaya bila
dibandingkan formaldehida. Semakin banyak jumlah etanol dalam tubuh, semakin
besarkemungkinan etanol untuk terikat pada sisi aktif enzim. Dengan kata lain,
jumlah metanol yang teroksidasi menjadi formaldehida semakin sedikit. Hal ini
berarti, kita dapat mencegah keracunan metanol dengan penambahan mengonsumsi
etanol.
Tetapi alangkah baiknya anda
melakukan hal ini saat menemukenali keracunan minuman oplosan.
Pertolongan pertama:
- Bila tertelan segera hubungi dokter terdekat dan jangan dirangsang untuk muntah, jika tidak sadar jangan diberi minuman, jika pasien muntah letakkan posisi kepala lebih rendah dari pinggul untuk mencegah muntahan tidak masuk ke saluran pernapasan, jika korban tidak sadar miringkan kepala korban kesatu sisi, sebelah kiri atau kanan dan segera bawa ke dokter. Namun, apabila korban dalam keadaan sadar dan dapat bernafas secara normal dapat diberikan “Kopi hitam” yang kegunaaannya sebagai Antidot.
- Bila terhirup pindahkan korban di tempat udara segar, diistirahatkan jika perlu pasang masker berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernapasan buatan dan segeralah hubungi dokter terdekat
- Bila terkena mata, cuci mata dengan air mengalir yang banyak sambil mata di kedip-kedipkan sampai dipastikan terbebas dari metanol dan tetap segera periksakan ke dokter
- Bila terkena kulit, segera lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu korban kemudian cuci kulit dengan sabun dan air mengalir yang banyak selama lebih kurang 15 – 20 menit sampai bersih dari metanol, bila perlu periksakan ke dokter.
Pertolongan Utama: Penanganan Keracunan bersumber dari Pedoman Sentra
Informasi Keracunan yang dilakukan melalui upaya Medis
Penanganan keracunan minuman oplosan dilakukan oleh petugas medis
secara suportif dan simtomatik, yaitu:
- Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara.
- Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
- Penatalaksaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.
- Jika terjadi mual dan muntah dapat diberikan antiemetik (antimuntah).
- Jika korban mengalami ketoasidosis alkohol dapat diberikan Dextrose 5% dalam NaCl 0,9%, vitamin B1 dan vitamin lainnya serta pengganti Kalium apabila diperlukan.
- Jika korban menunjukkan asidosis berat atau kejang dapat diberikan Natrium Bikarbonat dan Benzodiazepin.
- Asidosis metabolik ditandai dengan napas cepat dan dalam (hiperventilasi). Untuk melihat ada atau tidaknya metanol dalam miras oplosan dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap osmolaritas (anion gap) atau kepekatan darah dalam tubuh
- Dekontaminasi gastrointestinal dapat dilakukan melalui aspirasi nasogastrik.
- Jika alkohol mengenai mata korban perlu dilakukan irigasi mata yaitu secara perlahan,bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya 1 liter untuk setiap mata. Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit. Jangan menggosok mata
Upaya
berdasarkan diagnosa medis dapat melalui Antidotum yakni Antidot
untuk keracunan metanol dapat menggunakan etanol atau fomepizole. Kedua bahan
ini dapat menghambat alkohol dehidrogenase, sehingga mengurangi konversi
metabolisme metanol menjadi metabolit toksik (asam), sedangkan asam folinat (folinic
acid) harus diberikan dalam hubungannyan dengan pemberian etanol atau
fomepizole untuk membantu meningkatkan pembentukan metabolit non toksik.
Thiamin (vitamin B1) juga dapat diberikan sebagai tambahan terapi pada
keracunan metanol untuk pasien yang berpotensi kekurangan vitamin. Thiamin (vitamin B1) bertindak sebagai
kofaktor dalam pembentukan metabolit beracun dari metanol.
Catatan: Sediaan etanol pharmaceutical-grade serta
fomepizole belum tersedia di Indonesia. Sehingga bagaimanapun apabila
menemukenali keracunan minuman oplosan segera berikan upaya pertolongan pertama
dan bergegaslah ke upaya medis terdekat.
Sumber: di rangkum dari
berbagai sumber
0 komentar:
Post a Comment