SURYA.co.id | SURABAYA - ‘Minum oplosan bikin pelajar SMP itu tewas.’ Pernyataan itu kontan dikoreksi Sarah Sidharta. “Pasalnya, oplosan itu bukan minuman. Ini salah kaprah!”
Penggerak Komunitas Anti Oplosan ini menandaskan,“Yang mereka konsumsi kan jenisnya seperti bensin, solar, spiritus, sampai avtur. Itu kan bukan minuman!”
Bahan-bahan tersebut, menurut Sarah, biasanya masih dicampur dengan lotion anti nyamuk, obat sakit kepala yang sudah digerus, serta campuran lainnya. “Di satu sisi, ini efek larangan penjualan miras di supermarket dan minimarket. Sisi lain, anak-anak muda ini coba mengadaptasi kehidupan kalangan atas yang suka minum wine atau sejenisnya yang tentu harganya tak terjangkau mereka,” imbuh Sarah.
Akibat dua pengaruh ini, masih kata Sarah, bikin anak muda berkreasi cari alternatif. Namun, langkah yang dilakukan dengan mencampurkan bahan sekenanya ini malah berakibat fatal bagi masa depan dan bahkan kehidupan mereka.
“Karena mereka tak punya pengetahuan tentang bahan-bahan yang akan mereka konsumsi. Atau sekadar coba-coba karena melihat temannya tak apa-apa. Mereka bisa saja berpendapat, ‘Teman saja minum gituan gak apa-apa, apa salahnya dicoba juga’. Mereka nggak tahu bisa jadi nggak apa-apanya itu karena sedang beruntung saja,” kata Steve Jams yang diamini Melanie Subono.
Gandeng Yayasan Orbit
Untuk memudahkan gerakan kampanye #TinjuOplosan, Komunitas Anti Oplosan menggandeng Yayasan Orbit yang ada di Surabaya. Lembaga yang aktif sejak 2005 dan bermarkas di Jl Bratang Binangun VC nomor 19 dan 54 itu selama ini menangani kasus-kasus narkoba yang korbannya juga anak-anak muda.
Sejak fokus pada penanganan korban oplosan pada tahun 2013, di Yayasan Orbit ada 64 orang sedang menjalani terapi. “Biasanya dua bulan terapi, empat bulan rawat jalan,” Rudhy Wadasmara, pengelola Yayasan Orbit.
Menurut Rudhy, setiap penghuni baru akan menjalani tiga tahapan sebelum masuk ke program perawatan. Tahapan itu diawali dengan assessment untuk menilai tingkat keparahan sakit yang dialami korban oplosan. Berikutnya disusul konseling guna mengetahui penyebab seseorang menjadi korban oplosan.
“Setelah melalui dua tahapan itu, baru bisa ditetapkan rencana terapi, berupa rawat inap atau bisa rawat jalan,” beber Rudhy.
Sumber: http://surabaya.tribunnews.com/2015/04/03/oplos-avtur-bensin-karena-tak-bisa-beli-wine
0 komentar:
Post a Comment