Surabaya - Penularan HIV/AIDS di Jawa Timur cukup memprihatinkan. Terbukti tahun 2009 Jawa Timur peringkat ke tiga setelah DKI Jakarta dan Jawa Barat. Namun pada awal tahun 2010 Jatim naik peringkat nomor dua setelah Jawa Barat. DKIn Jakarta turun tiga tingkat menjadi nomor empat.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jatim Otto Bambang Wahyudi, usai Pertemuan Eliminasi Stigma dan Diskriminasi Odha Dalam Rangka Percepatan Penanggulangan HIV/AIDS Di Jawa Timur 2010, di Hotel Utami Surabaya, Rabu (24/3), mengatakan, data yang tercatat di tahun 2009 penderita AIDS di Jatim telah mencapai 3.234 orang.
"Kondisi ini sangat memprihatinkan. Apalagi di antara jumlah itu, terdapat 680 penderita AIDS yang meninggal dunia," katanya.
Penderita AIDS terbesar berusia 25 tahun ke atas dan didominasi oleh kaum perempuan, dan sebagian besar berada di Surabaya, Malang, Sidoarjo, Kediri, dan Madiun. "Penderita HIV/AIDS di Jatim mayoritas dari kalangan pengguna narkoba yang memakai jarum suntik sebagai media," katanya.
Data KPA Jatim menyebutkan, 63 persen pengguna narkoba yang memakai jarum suntik terkena HIV, sedangkan sisanya tertular virus hepatitis. "Penyakit mematikan mengintai pengguna narkoba. Selain HIV/AIDS, bisa tertular virus hepatitis, dan bisa menyebabkan kematian," ujarnya.
Selain itu, meningkatnya AIDS di Jatim dalam beberapa tahun terakhir ini disebabkan persoalan sosial, seperti pengangguran, kemiskinan. Ia juga meminta kepada KPA kabupaten/kota dan LSM untuk mendata nama dan alamat penderita guna memudahkan penanganan dan mencegah meluasnya wabah penyakit mematikan itu.
Guna mengatasi banyaknya penderita HIV/AIDS di Jatim, Otto mengatakan perlu adanya pencegahan dari hulu. Artinya, mereka yang masih sehat jangan sampai tertular virus HIV. Sementara mereka yang sudah tertular HIV jangan sampai jatuh ke stadium AIDS.
Sedangkan mereka yang sudah mengidap AIDS diupayakan agar jumlah yang meninggal bisa dikurangi. Pekan lalu, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jatim bekerjasama dengan HCPI (HIV Cooperation Program for Indonesian) mengembangkan program penanggulangan HIV/AIDS. Ini dilakukan guna menekan penderita HIV/AIDS di Jatim. Bersama HCPI, KPA Jatim menyasar pengguna jarum suntik dan penghuni lembaga pemasyarakatan (lapas) untuk penanggulangan HIV/AIDS.
Ada empat kabupaten/kota yang menjadi sasaran, yakni Surabaya, Sidoarjo, Kota Malang dan Kabupaten Malang. Keempat kabupaten/kota ini dipilih karena jumlah pengguna jarum suntik paling banyak. Di empat kabupaten/kota ini, HCPI menggandeng puskesmas untuk membagikan jarum suntik steril. Hal itu dimaksudkan untuk mencegah penularan melalui jarum suntik.
Selain HCPI, KPA Jatim juga bekerjasama dengan Global Fund ATM (AIDS tuberculosis malaria) untuk penanggulangan HIV/AIDS. Berbeda dengan HCPI, Global Fund bergerak melakukan identifikasi masalah melalui kegiatan yang komprehensif.
Ada delapan kabupaten/kota yang jadi sasaran. Di antaranya Surabaya, Sidoarjo, Banyuwangi, Jember, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten/Kota Kediri, Kabupaten Blitar dan Kota Malang.
Di delapan kabupaten/kota itu, kegiatan yang dilakukan Global Fund berupa intervensi untuk perubahan perilaku. Artinya, masyarakat diajak untuk hidup sehat, terutama mereka yang memiliki risiko HIV/AIDS. Misalnya, mendorong para suami memakai kondom saat berhubungan badan dengan istri jika ternyata ia memiliki risiko tersebut. (disarikan dari infokom jatim)
Orbit Update News
Jatim Peringkat 2 Penyebaran HIV/AIDS di Indonesia
Thank you for visited us, Have a question ? Contact on : info@orbit.or.id
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment