Our Right To Be Independent | Members area : Register | Sign in

Orbit Update News

Ketika Mantan Bandar dan Pengguna Narkoba Curhat Bareng

Share this history on :
SENASIB: Peserta rehabilitasi di Yayasan Orbit Surabaya sedang berbagi kisah tentang pengalaman mereka selama berperang melawan narkoba.
Menjalani rehabilitasi narkoba tidak seperti yang dibayangkan banyak orang. Dipenjara, diasingkan, atau bahkan direndam. Sebaliknya, proses rehabilitasi sejatinya mirip hidup di lingkungan keluarga baru.

EKO PRIYONO

DUA orang polisi mendatangi tempat kos Narto (nama samaran) di kawasan Dukuh Kupang. Narto sudah paham bahwa petugas tidak berseragam itu akan menangkapnya lantaran menjadi penjual dan pengguna narkoba.

Tanpa rasa canggung, dia mendatangi polisi tersebut dengan berlagak ingin membantu. Saat polisi menyebut sedang mencari Narto, dia menjawab bahwa Narto sedang keluar.

Polisi itu pun manggut-manggut seraya mengucapkan terima kasih dan langsung meninggalkan Narto. Peristiwa tersebut terjadi beberapa kali.

Narto berhadapan langsung dengan polisi yang sedang memburunya sejak lama. Saat pertemuan yang tidak diharapkan itu, dia hampir selalu sedang membawa narkoba. Selama bertahun-tahun dia bisa lolos.

”Padahal, saya bawa ganja seplastik di saku kanan dan kiri,” ucapnya, disambut tepuk tangan 21 temannya yang menyimak serius.

Itu adalah cuplikan cerita mantan bandar sekaligus pecandu dalam forum curhat yang diadakan tempat rehabilitasi narkoba Yayasan Orbit Surabaya. Cerita tersebut bukan stand-up comedy atau bualan belaka.

Para bandar dan pecandu saling curhat dan berbagi pengalaman saat menjadi korban keganasan narkoba. Pertemuan itu diselenggarakan setiap Minggu sore hingga malam.

Forum curhat itu merupakan salah satu bentuk terapi bagi pecandu narkoba. Tujuannya menyembuhkan para pecandu agar kembali hidup normal bersama lingkungannya.

Sebab, sebagian besar mantan bandar dan pecandu itu tersisihkan dari keluarga sejak ketahuan bermain-main dengan narkoba.

Pertemuan tersebut diikuti pecandu yang sedang menjalani rehabilitasi karena ketergantungan narkoba. Latar belakangnya beragam.

Ada yang mantan bandar tapi kecanduan, ada mahasiswa S-2, pegawai bank, notaris, pelajar, lady’s club, kontraktor, perawat, hingga kuli bangunan.

Narto tidak hanya menceritakan kesuksesannya lolos dari kejaran polisi. Dia menutup ceritanya dengan rasa syukur karena tersadarkan dari belenggu narkoba. Apalagi kesadaran itu muncul sebelum dia masuk penjara.
Bapak empat anak itu tidak membayangkan bagaimana jika harus meringkuk di balik jeruji besi dalam waktu lama.

”Saya bersyukur bisa kembali berkumpul dengan keluarga. Mereka aset terbaik saya. Terima kasih Tuhan,” ucapnya dengan suara lirih. Suasana sejenak hening.

Dalam forum tersebut, semua peserta bercerita secara bergiliran tentang pengalamannya. Kadang temanya membuat semua peserta tertawa. Tapi, tidak jarang membuat semua trenyuh dan akhirnya menangis.

Cerita tidak kalah seru disampaikan Moch. Faisol. Pria 35 tahun itu mengenal narkoba sejak SD. Bapak empat anak tersebut malang melintang di dunia narkoba saat duduk di bangku SMA.

Hal itu berlanjut ketika dia bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit di Mojokerto. ”Saya dulu kuliah keperawatan,” katanya. Dia mengaku tidak bisa lepas dari narkoba sejak 2001 hingga 2010.

Semua jenis pernah dicobanya. Mulai pil koplo, sabu-sabu, hingga putau. Kepada temannya yang sedang menjalani rehabilitasi, dia menceritakan semua pengalamannya.

Misalnya, saat dia melakukan Abu Nawas-an. Istilah itu digunakan di kalangan bandar untuk mengganti-ganti nama. Selama berkutat dengan narkoba, puluhan nama sudah digunakan.

Ketika di rumah, dia menggunakan nama panggilan asli. Ketika menjual atau membeli narkoba, dia selalu menggunakan nama yang berbeda setiap hari. Bahkan, nama aslinya justru tidak pernah dikenal.

Hal itu dia lakukan untuk lolos dari kejaran polisi. Petugas sering mengendus keberadaannya di sekitar rumah. Tapi, karena nama yang digunakan tidak pernah sama, Faisol tidak pernah ditemukan.

”Saya sangat beruntung masih dilindungi Allah,” ucapnya.

Kegilaan pada narkoba bahkan membuatnya pernah berbuat nekat. Sebagai tenaga kesehatan di rumah sakit, tidak jarang dia disuruh menyuntikkan morfin untuk pasien yang membutuhkan sesuai petunjuk dokter.

Tapi, morfin itu tidak diberikan semuanya. Dia mengurangi dosisnya hingga separo. Sisanya digunakan sendiri. Dia meyakinkan pengurangan itu tidak berdampak kepada pasien.

Sebab, sebelum mengurangi kadar morfin, dia melihat kondisi pasien untuk mengetahui pengaruhnya. Morfin itu membuat kebutuhan narkobanya terpenuhi. Gratisan lagi.

Kenakalannya tidak berhenti di situ. Dia mulai mengetahui cara mendapatkan morfin. Dia membuat resep dokter palsu dengan identitas pasien palsu dan diagnosis yang dipalsukan pula.

Berbekal resep palsu itu, dia bisa membeli morfin secara bebas. Akhirnya, ulah nakal tersebut ketahuan dokter di rumah sakit itu. Saat ”disidang”, dia mengakui semua perbuatannya dan meminta maaf.

Pihak rumah sakit memaafkan ulahnya. Dia berjanji tidak akan mengulangi lagi. Dia pun masih bisa bekerja di tempat yang sama, tapi tidak berani lagi berbuat nakal.

Problem paling berat dirasakan Faisol ketika terusir dari keluarga. Rumah tangga yang dibangun selama bertahun-tahun nyaris runtuh.

Dengan tekad bulat, dia akhirnya berhenti bermain narkoba atas kesadaran sendiri. Sampai akhirnya dia mengenal Yayasan Orbit Surabaya dan ikut rehabilitasi hingga sembuh.

Dia juga mengajak sesama pengguna yang dahulu menjadi konsumennya untuk ikut rehabilitasi. Tidak sedikit yang akhirnya sembuh dan menjauhi narkoba.

Setelah terbebas dari belenggu narkoba, dia kini aktif dalam penyembuhan narkoba di yayasan yang menjadi mitra Badan Narkotika Nasional itu. Jabatannya adalah koordinator program.
Karena memiliki segudang pengalaman di dunia narkoba, dia sangat terlatih ketika berhadapan dengan penyalah guna yang sedang melakukan rehabilitasi.

”Termasuk kalau ada yang Abu Nawas-an selama mengikuti program, saya langsung paham,” ucapnya, langsung tertawa.

Dia mengatakan, tidak semua peserta rehabilitasi narkoba di Yayasan Orbit merupakan hasil tangkapan polisi. Banyak pula yang datang karena inisiatif sendiri atau diantar keluarga.

Ada juga yang dijemput paksa atas permintaan keluarga karena pola ketergantungan narkoba sudah membahayakan.

Menjalani rehabilitasi narkoba tidak seperti yang dibayangkan selama ini. Informasi salah telah beredar. Misalnya, rehabilitasi tidak jauh berbeda dengan dipenjara, ditempatkan dalam kerangkeng.
Ada juga kabar bahwa program rehabilitasi itu menyiksa. ”Itu salah besar. Sama sekali tidak seperti itu,” ucapnya.

Dia menjelaskan, rehabilitasi merupakan kegiatan untuk mengurangi ketergantungan narkoba dan mengembalikan kepercayaan diri. Forum curhat itu salah satunya.

Di sana, peserta dilatih untuk berani bercerita tentang permasalahannya. Tidak tanggung-tanggung, cerita itu disampaikan di depan puluhan pengguna.
Tema cerita dalam forum curhat dibuat bebas. Masing-masing peserta berhak menentukan. Paling banyak menceritakan masalah yang sedang dihadapi. Misalnya, memendam rasa rindu akan kehangatan keluarga.

Suasana itu hilang sejak pecandu terbawa oleh narkoba. Ada juga yang bercerita tentang godaan dan masalah yang dihadapi selama menjalani rehabilitasi.

Misalnya, ajakan untuk kembali menggunakan narkoba dari sesama pengguna yang belum bertobat. ”Banyak juga yang digojloki. Wah, saiki wis gumbul polisi rek,” ucap Hanif Kurniawati, konselor di rehabilitasi narkoba Yayasan Orbit.

Dengan curhat terbuka itu, semua peserta bisa belajar dari masalah orang lain. Bahkan, sesama peserta rehabilitasi saling memberikan trik untuk menghadapi godaan semacam itu.

Para peserta forum curhat juga saling menguatkan untuk tidak lagi menggunakan narkoba. Hal tersebut dilakukan dengan memberikan motivasi harian.

Untuk peserta yang tinggal di rumah rehabilitasi Yayasan Orbit, motivasi itu diberikan dalam forum santai setiap hari. Untuk peserta yang tidak tinggal di sana, motivasi diberikan melalui telepon atau pesan singkat.

Selain itu, peserta rehabilitasi tidak akan ditangkap polisi karena penyalahgunaan narkoba yang pernah dilakukannya. Yayasan Orbit juga tidak akan membuka identitas para peserta rehabilitasi kepada siapa pun.
”Itu komitmen. Makanya, salah besar kalau ada anggapan bahwa datang ke tempat rehabilitasi sama saja menyerahkan diri ke polisi. Di sini malah disembuhkan,” tegasnya.

Di akhir forum curhat yang dilaksanakan mingguan itu, para peserta bergandengan tangan dan mengucapkan sederet kalimat komitmen untuk tidak lagi menggunakan narkoba.

Mereka juga berdoa bersama agar selalu mendapat perlindungan Tuhan. Sebelum forum curhat ditutup, ada ungkapan apresiasi atas usaha lepas dari narkoba.

Masing-masing blak-blakan mengungkapkan kapan mereka tidak lagi menggunakan narkoba. Ada yang sudah tiga tahun, setahun, enam bulan, tiga bulan, bahkan ada yang baru satu minggu. Semua peserta mengapresiasi semua usaha itu dengan tepuk tangan. (*/c6/oni/sep/JPG)

Sumber: http://www.jawapos.com/read/2016/08/02/42695/ketika-mantan-bandar-dan-pengguna-narkoba-curhat-bareng
Thank you for visited us, Have a question ? Contact on : info@orbit.or.id
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...

1 komentar:

Unknown said...

Saya rasa Blog Anda Sangat bermanfaat Bagi SEMUA Pembaca Dan terima kasih differences Blog Anda
domino qiu qiu

Post a Comment